Rabu, 27 Desember 2017

CINTA RUPIAH: 1 Rupiah = 1 Dolar Amerika

Jujur aku sangat mencintai Rupiah, tapi sayangnya Rupiah tidak mencintaiku. Buktinya belum genap tengah bulan Rupiah pelan-pelan sudah meninggalkanku. Buat bayar anak sekolah, buat memenuhi kebutuhan sehari-hari, habis sudah. Tapi kata orang bijak, cinta itu tidak harus memiliki. Aku manggut-manggut saja mendengar kata-kata orang bijak tersebut, biar dikira paham atau pintar begitu. Atau barangkali karena Rupiah tidak diberi bahan pengawet sehingga tidak awet di kantongku. Coba kalau diberi formalin, barangkali bisa bertahan lebih lama dikantongku he..he..

Kalau kita mencinta seseorang atau sesuatu maka kita akan menjaga yang kita cintai tersebut agar selalu terjaga dengan baik. Kita akan menjaga perasaannya agar tidak terluka. Kita akan menempatkannya pada tempat yang kita anggap paling baik dan terhormat. Kita akan selalu berusaha untuk menjaga kehormatannya. Jadi kalau ada orang yang bukan muhrimnya mengajak kita berbuat yang melanggar susila atas nama cinta berarti itu dusta, cintanya palsu, hanya untuk memuaskan syahwatnya saja. Demikian juga kalau kita menyatakan bahwa kita mencintai Rupiah, sudah selayaknya kita menempatkannya pada tempat yang layak. Bukan berarti terus kita menempatkan Rupiah dalam kotak kaca yang tidak bisa disentuh. Akan tetapi rasa cinta kita kepada Rupiah menurutku dapat diwujudkan dengan berusaha mendudukkan nilai Rupiah sejajar dengan mata uang negara lain. Artinya kurs Rupiah satu banding satu dengan mata uang negara lain.

Sebagai bangsa yang memiliki sumber daya alam melimpah, sumber daya manusia yang banyak serta keluasan wilayah yang besar, menjadikan bangsa Indonesia memiliki potensi untuk bisa menjadi bangsa yang besar. Semua yang kita miliki tersebut membuat negara lain berduyun-duyun datang ingin memiliki negara di khatulistiwa ini. Tentu kita masih ingat cerita bagaimana bangsa Spanyol dengan armadanya bersusah payah mencari rempah-rempah. Dengan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit, mereka berjuang mengarungi lautan luas. Berapa banyak sudah nyawa yang melayang untuk dapat menemukan asal muasal rempah-rempah. Semua itu demi mendapatkan rempah-rempah yang mereka butuhkan. Besarnya jumlah penduduk kita juga menjadi target pasar yang menggiurkan bagi negara lain. Kita selama ini berpikir bahwa dengan kurs yang rendah akan menjadikan barang kita lebih mudah terjual. Dengan kurs yang rendah, kita juga berharap banyak wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia membelanjakan uangnya. Bisa jadi pikiran tersebut benar adanya. Namun sampai kapan kita akan menjual atau menghargai milik kita dengan harga rendah. Karena konsumen akan semakin pintar dan mencari mutu barang bukan sekedar mencari barang murah. Apakah tidak lebih baik kalau kita mulai berpikir untuk membuat barang yang bermutu tinggi sehingga konsumen dari manca negara begitu tergila-gila dengan barang kita, berapapun harganya tidak menjadi masalah. Tentu harga yang masih dalam batas kewajaran. Buatlah barang kita menjadi barang yang tinggi mutunya, lebih tinggi kualitasnya dibanding negara lain.

Dengan kekayaan yang kita miliki seharusnya kita tidak terlalu banyak mengimpor barang, semua bisa kita penuhi dari sumber daya alam yang kita miliki. Kita hanya mengimpor barang yang memang benar-benar kita butuhkan saja. Sungguh sangat tidak masuk diakal kalau sementara kita memiliki kekayaan alam yang berlimpah namun kita juga banyak mengimpor barang dari negara lain. Kita bisa mengolah semua kekayaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan seluruh bangsa ini. Percayalah kita sanggup mengolah sumber daya yang kita miliki dengan baik. Sudah banyak sarjana teknik yang kita miliki baik lulusan dalam maupun luar negeri yang sanggup mengelola semuanya.

Jangan lupa bahwa kita pernah kok membuat pesawat terbang, kalau membuat pesawat terbang bisa logika berpikirnya tentu membuat kapal laut buka hal yang sulit apalagi membuat mobil tentu mudah saja bagi kita. Hanya permasalahannya mau atau tidak. Bangsa kita sebetulnya sangat kreatif. Namun seharusnya tidak hanya berhenti dengan membuat barang kw bermutu rendah. Mari kita buat barang kw bermutu tinggi, lebih tinggi mutunya dari barang yang kita contoh. Jepang bisa maju seperti sekarang ini asal mulanya juga mencontoh barang-barang dari negara lain. Kamera yang mereka buat sendiri misalnya awalnya dengan membongkar kamera yang diimpor, kemudian ditiru dan dikembangkan lebih baik. Jadi tidak hanya meniru lalu selesai, namun ditingkatkan kemampuannya sehingga akhirnya Jepang bisa membuat produk-produk lebih baik dari negara lain. Dan sampai saat ini produk-produk Jepang terkenal dengan mutu yang baik.

Hal lain yang bisa kita lakukan adalah membuat destinasi wisata kita mendunia, sehingga wisatawan manca negara akan berduyun-duyun datang. Kenapa orang banyak yang mau berwisata keluar negeri padahal biayanya besar dengan selisih kurs yang besar membuat kita merogoh kocek dalam-dalam. Karena mereka mengemas destinasi wisatanya dengan baik. Infrastruktur dibangun dengan sebaik-baiknya. Pelayanan juga ditingkatkan. Kita tidak kalah kok dengan negara lain. Tapi kenapa biaya yang dibutuhkan untuk mengunjungi Raja Ampat misalnya, lebih besar dibanding kalau kita berkunjung ke Singapura. Kita pelajari mengapa hal tersebut bisa terjadi dan kita cari solusinya bersama.

Akhirnya, kalau kita bergandengan tangan, seia sekata, mempunyai keinginan dan tujuan yang sama. Persatuan dan kesatuan bangsa kita jaga dan kita pupuk terus. Dan kita selalu berpikir bahwa ini untuk kepentingan keluarga besar kita yaitu bangsa ini, tidak hanya berpikir untuk kepentingan diri dan kelompoknya saja, maka insyaallah semua cita-cita bangsa ini akan terwujud. Jadi kalau kita dengan lantang mengatakan bahwa kita mencintai Rupiah mari kita tempatkan Rupiah ditempat yang selayaknya. Yang pada ujungnya juga akan menempatkan bangsa kita menjadi bangsa yang besar dan disegani.

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar